Pakar pertanian Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, mendorong petani muda mengembangkan potensi pertanian sejalan dengan pengelolaan sampah. Pasalnya kedua bidang itu memiliki efek ganda sebagai penarik cuan.
“Kalangan muda di desa bisa mengembangkan maggot, ini potensi menghasilkan pendapatan cukup lumayan,” tegas Profesor Teknologi Pertanian UB Nur Hidayat, Jumat (8/12).
Pakar pertanian Nur Hidayat menjelaskan maggot menjadi solusi persoalan pertanian dan sampah. Bahkan dalam lima tahun ini, maggot booming beserta produk turunannya.
Sebab, produksi maggot belum mencukupi besarnya permintaan pasar untuk pakan premium ternak dan hewan peliharaan seperti burung, ayam, kucing dan anjing. Apalagi produk turunannya untuk umami sebagai pelengkap atau penyedap rasa masakan.
“Kami sudah mengembangkan ini di Malang, Mojokerto dan Probolinggo. Sampah rumah tangga selain menghasilkan kompos juga maggot. Usaha digerakkan oleh kalangan muda petani milenial telah menambah penghasilan keluarga,” katanya.
Di Mojokerto, petani milenial memanfaatkan kompos untuk urban farming. Mereka bertani sembari budi daya maggot dan bekerja sektor lainnya di rumah. Anak muda membuat instalasi pengolah limbah rumah tangga di lingkungan mereka. Lalu, komposnya untuk pupuk organik, sedangkan maggot dijual.
Di Malang, lanjutnya, pengembangan maggot di Tempat Pemrosesan Akhir Supiturang telah menghasilkan cuan.